Sistem Pondok

Oleh :
Wariso Ram

Sebagian besar migran sirkuler berada dalam kondisi “ketidak cukupan”, baik dalam hal lahan pertanian, lapangan pekerjaan maupun modal usaha di daerah asalnya. Walaupun begitu keadaanya, menurut Dewey (1961) mereka adalah pekerja yang rajin. Mereka terhimpun dari orang-orang yang masih berada dalam posisi dependen di daerah asalnya serta orang-orang yang berpengalaman dalam seluk-beluk proses produksi dan pemasaran. Kerjasama antara migran sirkuler tersebut merupakan persemaian yang subur bagi perkembangan usaha dalam sistem pondok. Keterbatasan modal dalam hal modal, kemampuan serta ilmu dan teknologi mereka imbangi dengan melaksanakan asas kerukunan dan kegotong-royongan demi mendirikan usaha yang disebut dengan “usaha sisa”.
Dalam hal ini juga tujuan utama sistem pondok adalah mendapatkan keuntungan ekonomi. Jenis “usaha sisa” ini bersifat padat karya, contohnya menjual dan membuat makanan atau minuman murah, usaha pengumpulan barang bekas untuk didaur ulang, usaha jual-beli sayur-mayur dan ikan basah dan usaha jual-beli barang yang sifatnya kurang laku kalau dijual ditoko (hasil kerajinan dari bamboo dan keramik yang berupa peralatan dapur serta berbagai hasil kerajinan khas pedesaan yang murah harganya).
Dalam sistem pondok sangat diperlukan hubungan yang harmonis antara semua pihak yang terkait, baik antara pemilik modal dan penghuni pondok, maupun pihak pemilik pondok dan karyawan penjual. Disamping itu, asas resiprositas harus dijunjung tinggi agar asa kerukunan atau asas kekeluargaan dapat terlaksana dalam sistem pondok.
Berdasarkan besarnya sumbangan tenaga kerja migran sirkuler, sistem pondok dapat digolongkan dalam empat kelompok. Pertama, sistem pondok gotong royong. Dalam sistem pondok ini setiap anggota mempunyai kedudukan sama. Jumlah anggota kelompok rata-rata kecil, antara 8-12 orang dan hubungan dalam kelompok kuat. Kelompok ini terbentuk dari kesepakatan beberapa penduduk desa untuk membentuk kerjasama dalam jual beli. Kedua, sistem pondok rumah tangga. Jumlah anggota dalam sistem ini biasanya sedikit karena jenis usaha ini tergolong usaha rumah tangga. Antara pemilik pondok boro dengan para pembantunya terdapat hubungan yang dilandasi azas kekeluargaan. Sistem ini biasanya menggunakan tenaga migran sirkuler yang berasal dari desa yang jauh. Pemilik pondok menyediakan penginapan beserta jaminan hidup kepada para migran sirkuler dengan alasan mereka dapat membatu dalam proses produksi agar selesai dalam waktu singkat.
Ketiga, sistem pondok usaha perseorangan. Dalam sistem pondok ini telah dikenal diferensiasi tenaga yang bertugas dalam proses produksi (karyawan) dengan tenaga yang bertugas dalam pemasaran (penjual). Keempat, sistem pondok sewa. Dalam sistem pondok ini pemilik pondok tidak melibatkan diri dalam kegiatan produksi ataupun pemasaran barang. Para migran sirkuler yang tinggal di pondok boro berperan sebagai penyewa. Hubungan yang terjadi antara pemilik pondok boro dengan migran sirkuler adalah hubungan sewa menyewa, maka hubungan tersebut agak renggang. Dilihat dari jenis kegiatan yang dilakukan oleh penghuninya, pondok boro dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu pondok boro buruh, pondok boro penjual dan pondok boro produksi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM MK. IKHTIOLOGI FUNGSIONAL ANATOMI DAN MORFOLOGI IKAN

Pengertian Biota Air Tawar, Jenis-Jenis dan Peran Biota Air Tawar, Bahan Organik dan Nutrien bagi Biota Air Tawar, Rantai Makanan Ekosistem Biota Air Tawar, dan Penyebab Kelangkaan Biota Air Tawar dari Pemicu

BUDIDAYA IKAN KONSUMSI